Sabtu, 26 Agustus 2017

Jangan Salah Kaprah, Isteri Adalah Pendamping Hidup, Bukan Pembantu Rumah Tanggamu

Jangan Salah Kaprah, Isteri Adalah Pendamping Hidup, Bukan Pembantu Rumah Tanggamu - Di fajar yang baru menyapa, aku memandang bunda ku yang sibuk dengan racikan bumbu untuk masakan yang sedianya dipersiapkan. Sesaat aku hanya memandang dari jarak yang tidak begitu jauh, terasa beliau melakukanya dengan hati yang tulus. Dan aku pun bergegas mendekati dan menyapanya.

 

“Sedang masak ya bun, aku bantuin boleh ya. Bunda masak apa? ”

“Iya nak, mau masak ayam rica kesukaan abi..” Jawabnya dengan dihiasi senyuman manis di wajahnya.

“Alhamdulillah, pasti mantap nih rasanya.. Ow ya bun, aku ingin menyampaikan sesuatu.. “

Lagi dan lagi senyuman terpancar daru raut wajah bunda ku dengan berkata “iya, sampaikanlah nak. Ada apa?”
“Kayaknya calon istri ku tidak bisa masak bun”

“Lalu apa yang jadi masalahnya nak? .”

“Sebenarnya bukan suatu masalah buat aku bun, namun aku kasih tau bunda agar bunda tidak kecewa jika kelak mengerti akan hal ini.. Hehe”

“Nak, apa kamu berpikir bahwa seorang istri harus bisa memasak, menyapu, mengepel, lalu hal lainnya yang meliputi rumah saja? “

Aku hanya terdiam karena tak faham dengan perkataan bunda ku..

Tak lama beliau menambahkan, “ketahuilah nak, sebenarnya semua itu kewajiban lelaki, yang berarti kelak jika berkeluarga itu menjadi kewajibanmu.. “

Aku masih tertegun dan belum mengerti apa maksud perkataan bunda ku. Lalu bunda melanjutkan berbicara.

“Satu hal lagi nak, kewajiban istri adalah mematuhi suami untuk mendapatkan ridhonya", lalu satu kalimat penjelas muncul lagi dari mulut bunda ku, “abi mu, mungkin tidak dapat mengurus rumah karena kesibukannya mencari nafkah, sehingga bunda begini karena bunda ingin membantu meringankan beban abi.. “

Belum sampai aku bertanya, bunda sudah menambahkan “Bunda begini bukan karena kewajiban, namun karena bunda mencari ridho abi mu dan ikhlas membantu untuk menuntaskan kewajibannya”

Aku makin bingung bun,? Saut ku..

Sembari menatap mataku, bunda berkata lagi.. “begini nak, menurutmu yang dimaksud dengan
nafkah apa? Dan bukankan sebagai seorang lelaki wajib memberi nafkah kepada sang istri? “
Dengan lantang aku menjawabnya “sudah pasti harus begitu bun!! “

“Nah, sekarang makanan itu kan sebagian nafkah, namun jika semisal masih berbentuk beras atau bahan baku berarti itu masih setengah nafakah, Baju semua jenis apapun itu juga termasuk nafkah, namun bila kondisinya kotor maka suami wajib mencucinya agar tidak setengah nafkah, Begitu pula tempat tinggal, ya rumah ini termasuk nafkah dan kewajiban yang diberikan abi untuk bunda sebagai istrinya, wajib abi mu membersihkannya juga agar tidak dianggap setengah nafkah pula! “

Mataku mengerucut mendengarkan ibu berkata seperti itu.. Dan aku menanggapinya dengan berkata “Ternyata seperti itu ya bun, tapi kalau memang benar itu semua kewajiban suami lantas mengapa ibu terus melakukan itu semuanya tanpa menegur abi untuk melakukannya? “
Dengan pasti ibu menjawab “Untuk mencari ridho abi mu nak”

SubhanaAllah... Terenyuh aku mendengarnya..

Pembiasaan dan tindakan yang terlanjur dijadikan patokan menjadikan kesalahan pola pikir yang tertanam pada generasi penerus. Dan anda sebagai generasi penerus atau mungkin yang sudah terlanjur menerapkan situasi yang tergambar pada kisah diatas sebaiknya segera introspeksi. Cobalah untuk terbiasa berfikir kritis menanggapi sesuatu.

Demikian kilas akhir sebait cerita yang menegaskan sesungguhnya bahwa istri bukanlah Pembantu rumah tangga, melainkan pendamping hidup yang setia berbagi tugas suami agar mendapatkan ridho".
Semoga bermanfaat dan mampu mengubah cara pandang sebagian besar orang saat ini.

Sumber: Sianaksingkong.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar