Jumat, 23 Juni 2017

CATAT! INILAH CARA CERDAS TANGGAPI PERTANYAAN ‘KAPAN NIKAH?’ SAAT MUDIK LEBARAN

Bagi Umat Muslim, Lebaran merupakan salah satu moment untuk mempererat kembali tali silaturahmi, biasanya diisi dengan tradisi mudik atau pulang ke kampung halaman untuk melepaskan kerinduan dengan sanak saudara.Saling bercerita dan berbagi peengalaman setelah sekian lama tidak bertemu adalah salah satu aktivitas yang lumrah diantara sanak keluarga.Topik pernikahan merupakan salah satu tema yang tidak pernah terlewatkan dalam penbicaraan mereka. Apalagi bila salah satu anggota keluarga yang sudah dianggap mapan dan cukup dewasa belum juga terlihat untuk segera melangsungkan pernikahan.

Psikolog Rosdiana Setyaningrum menganggap pertanyaan ‘kapan nikah’ memang bukan pertanyaan yang tepat. Tapi, pertanyaan tersebut terbiasa diucapkan karena sifat masyarakat Indonesia yang kekeluargaan. Berbanding jauh bila dengan keadaan masyarakat di Barat yang menjaga sangat privasi dan cenderung tidak membicarakan masalah personal.

Via Beritagar.id

“Kenapa banyak ditanya itu? Karena orang Indonesia kan (biasanya) kalau sudah besar harus menikah dan orang yang nikah punya anak. Semua orang menganggap pakem (kebiasaan) seperti itu, jadi normal ditanyakan,” .

Walaupun dianggap lumrah menanyakan kapan menikah, namun bagi mereka yang terlalu sering ditanya tentu jadi kesal juga, bahkan ada yang merasa pertanyaan itu bertujuan untuk mempermalukan. Hal ini sering menjadi penghalang untuk hadir di acara pertemuan keluarga besar.

Menurut ahli psikologi, sebaiknya kita jangan terlalu serius menanggapinya dan cenderung mediamkan. Anggap pertanyaan tersebut sebagai sesuatu yang wajar. Jadi jangan dimasukkan hati.

Dan perlu kalian ketahui, pertanyaan kapan nikah, bukanlah pertanyaan yang mengharapkan jawaban pasti. Banyak orang yang menanyakan itu hanya karena basa-basi untuk memulai obrolan. Walau cara tersebut belum tentu tepat.

Disarankan agar kita menanggapinya dengan santai saja, sambil tersenyum. Karena, bila kita terlalu membela diri, maka orang akan lebih penasaran. Terlebih bila kita menanggapi dengan perasaan kesal atau perasaan marah. Orang lain akan melihat kita sebagai peribadi yang sensitif karena mudah berubah ‘mood’. Mending sambil ketawa aja dan sambil senyum aja. Jadi enggak ada lagi niat untuk memperpanjang pembicaraan.


Sumber:Kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar